54Jalan Tanah Abang Timur 55 Jalan Teluk Betung Boulevard sisi Timur 56 Jalan Terusan Majapahit 57 Jalan Veteran I 58 Jalan Veteran II B. Kota Administrasi Jakarta Utara 1) Tempat Parkir Tepi Jalan No. Kawasan Pengendalian Parkir No. Bukan Kawasan Pengendalian Parkir Golongan A : 1 Jalan Agung Niaga 1 1 Jalan Agung Karya JalanKramat Pulo Gundul K14-15. Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarta. Jalan Cempaka Putih Indah Nomer 100 A. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YAI. Jalan Kramat Raya. Sekolah Tinggi Ilmu Hukum "IBLAM". Jalan Kramat Raya DKI Jakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Litigasi. Jalan Percetakan Negara VII No 27 Rawasari Jakarta Pusat. d0WnB3t. Pada 17 Agustus 1945, di halaman rumah jalan Pegangsaan Timur No 56, Jakarta, Soekarno – Hatta atas nama Bangsa Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Di halaman rumah siapakah proklamasi tersebut di dikumandangkan? Aktifitas menjelang kemerdekaan, bagi para tokoh pendiri republik ini, sungguh menguras banyak enerji dan pikiran. Hal inilah yang, antara lain, menyebabkan Soekarno Bung Karno sempat jatuh sakit. Soekarno terserang penyakit beri-beri dan malaria. Badannya kerap menggigil, panas-dingin, dan lemas. Adalah seorang pengusaha asal Yaman, Farej Said Martak, sahabat Bung Karno, memberikan madu Arab, Sidr Bahiyah, yang didatangkan dari Hadramaut, Yaman. Madu , Sidr Bahiyah bukan sembarang madu. Khasiatnya sudah teruji sejak ratusan tahun lalu. Bersifat antibiotik dan sekaligus antiseptik. Setelah mengkonsumsi madu Sidr, kondisi Bung Karno berangsur pulih. Lalu, didampingi Mohammad Hatta, Bung Karno membacakan naskah Proklamasi di depan rumah di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Menteng, Jakarta. Tahukah Anda, rumah siapakah yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur 56 itu? Rumah ini milik keluarga Farej yang dihibahkan kepada Bung Karno. Di rumah inilah Ibu Fatmawati menjahit Bendera Merah Putih pada malam sebelum teks proklamasi dibacakan. Atas permintaan Bung Karno, pada 1962, rumah di Jalan Pegangsaan Timur 56 itu dirobohkan. Di atas bangunan tersebut kemudian didirikan Gedung Pola, sedangkan tempat Bung Karno dan Bung Hatta berdiri saat membacakan teks Proklamasi, didirikan monumen Tugu Proklamasi. Jalan Pegangsaan Timur diubah menjadi Jalan Proklamasi. Pemerintah Indonesia secara resmi menyampaikan ucapan terima kasih pada keluarga Martak, berupa surat secara tertulis pada 14 Agustus 1950 yang ditandatangani oleh Ir. Mananti Sitompoel sebagai Menteri Pekerdjaan Umum dan Perhubungan Indonesia. Disebutkan juga dalam surat tersebut, selain rumah di jalan Pegangsaan Timur 56, keluarga Martak telah membeli beberapa gedung lain di Jakarta yang sangat berharga bagi kelahiran negara Republik Indonesia. Siapakah Farej bin Said bin Awadh Martak? Ia adalah putra ketiga dari empat bersaudara. Secara berurutan, kakak-kakak Farej adalah Djusman Martak dan Muhammad Martak, sedangkan adiknya bernama Ahmad Martak. Keluarga besar Martak dan keluarga Badjened mendirikan Alegemeene Import-Export en Handel Martak Badjened Marba, dimana Farej menjadi Presiden Direkturnya. Jejak Marba masih bisa ditelusuri di Jogyakarta berupa Hotel Garuda, dan di Semarang berupa Gedung Marba. Dari Muhammad Martak, kakak dari Farej, lahirlah seorang putra bernama Yusuf Muhammad Martak, yang juga dikenal sebagai Ketua GNPF-Ulama. Nama besar Marba kini dilanjutkan oleh Yusuf dengan aneka bidang usaha, dari restoran sampai ke biro perjalanan, dan berpusat di Tebet, Jakarta Selatan. Dengan alur-kisah tersebut, kehadiran Yusuf Muhammad Martak di blantika pergerakan nasional bukanlah a-historis. Yusuf bukan tipe manusia yang memanfaatkan nama besar keluarga untuk kepentingan pribadinya, tapi ia merasa terpanggil agar terus berkontribusi kepada negara-bangsa ini dengan jargonnya, “Apa yang bisa kami berikan untuk republik ini”, bukan “Apa yang bisa kami ambil dari republik ini”. Inilah prinsip Nasionalis-Islamis yang sedang ditumbuhkembangkan oleh Yusuf Muhammad Martak Kontribusi keturunan Arab tidak hanya berkait dengan rumah di Jalan Pegangsaan Timur 56, tetapi di bidang yang lain. Tengoklah Sayyid Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar yang dikenal dengan nama H. Mutahar 5 Agustus 1916 -9 Juni 2004, penggubah lagu Syukur Januari 1945, mars Hari Merdeka 1946, dan Dirgahayu Indonesiaku yang menjadi lagu resmi ulang tahun ke-50 Kemerdekaan yang aktif berkomunikasi dengan 6 bahasa asing itu adalah salah seorang keturunan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Kehadiran keluarga Martak dan Muthahar adalah fakta bahwa keturunan Arab di Indonesia punya kontribusi yang tidak kecil bagi kelahiran republic ini. HMJ - Proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan oleh Soekarno pada 17 Agustus 1945. Pelaksanaan proklamasi kemerdekaan RI dilakukan di kediaman Soekarno, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat. Rencana awalnya, pelaksanaan proklamasi akan dilaksanakan di Lapangan Ikada, tetapi tidak apa penyebab tempat pembacaan teks proklamasi tidak jadi dilaksanakan di Lapangan Ikada? Baca juga Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Menghindari bentrokan dengan Jepang Awalnya, pelaksanaan proklamasi 17 Agustus 1945 direncanakan di Lapangan Ikada, tetapi Soekarno tidak menyetujuinya dan memindahkan ke Jalan Pegangsaan Timur No 56, pemindahan tempat pelaksanaan adalah untuk menghindari bentrokan dengan pasukan Jepang yang sudah lebih dulu memenuhi Lapangan Ikada pada 17 Agustus 1945 pagi hari. Pada 16 Agustus 1945 malam, ketika perumusan naskah proklamasi dilakukan di rumah Laksamana Maeda, diputuskan bahwa upacara akan dilakukan di Lapangan Ikada. Beberapa pihak yang diharapkan hadir, seperti para tokoh pergerakan dan segenap Barisan Pelopor, diberi informasi bahwa proklamasi akan dilaksanakan pada 17 Agustus 1945 pukul di Lapangan Ikada. Informasi ini tidak hanya disampaikan secara langsung, tetapi juga lewat telepon serta surat yang dibawa oleh kurir. Sayangnya, berita ini juga terdengar oleh pihak Jepang. Baca juga Rapat Raksasa di Ikada, Sebulan Setelah Indonesia Merdeka Seperti diketahui, pada 17 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta. Hari ini Indonesia sudah 77 tahun merdeka. Namun, tak sedikit orang belum mengetahui cikal bakal rumah yang berada di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, tempat pembacaan teks proklamasi pertama kalinya dilakukan. Belakangan heboh ceramah Ustaz Adi Hidayat yang menyebut bahwa rumah di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 tersebut ternyata milik seorang pengusaha muslim keturunan Yaman yang mencintai Tanah Air Indonesia ini bernama Faradj Bin Martak. Dikutip dari berbagai sumber, salah satunya adalah penulis Nabiel A. Karim Hayaze, Faradj Bin Martak adalah pengusaha berdara Arab yang memang memiliki beberapa gedung di Indonesia, salah satunya adalah gedung di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 ini. Baca Juga Cek Fakta Benarkah Lionel Messi Sudah Landing di Bandara Soekarno Hatta? Kendati begitu, bukan serta merta bahwa rumah tersebut adalah tempat tinggal Faradj yang diberikan sebagai Rumah Proklamasi. Masih menurut Nabiel, ada sebuah bukti otentik berupa surat resmi yang ditandatangani menteri negara untuk NV Marba, yang kemudian bertuliskan bahwa gedung tersebut 'dihibahkan' kepada negara. Dari momen itulah gedung tersebut memiliki beberapa riwayat kegunaan hingga akhirnya dipakai Soekarno dan tokoh lainnya untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia di tahun 1945. Pada tahun 1948, gedung tersebut akhirnya resmi dibeli Pemerintah Indonesia. Rumah yang berada di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Cikini, Jakarta menjadi rumah bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Rumah tersebut juga diketahui pernah ditempati oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Rumah tersebut dijadikan tempat untuk memproklamasikan kemerdekaannya di tahun 1945. Baca Juga Kentang Mustofa, Makanan Kesukaan Presiden Soekarno Jadi Menu Penyambut Jemaah Haji di Mekkah Disebutkan dalam sumber lain, rumah bersejarah yang menjadi tonggak awal berdirinya negara Republik Indonesia tersebut ternyata dibeli oleh seorang saudagar besar keturunan Arab bernama Faradj bin Said Awad Martak, Presiden Direktur Algemeene Import-Export en Handel Marba. Faradj bin Said Awad Marta sendiri merupakan saudagar terkenal di Jakarta yang dulunya bernama Batavia, sejak zaman kolonial Belanda hingga era kemerdekaan. Faradj bin Said Awad Marta lahir di Hadramaut, Yaman Selatan. Anak Faradj bin Said Awad Marta yang menjadi penerus kerajaan bisnisnya tersebut bernama Ali bin Faradj Marta. Ali dikenal dekat dengan Bung Karno. Berkat jasa besar dari Faradj bin Said Awad Martak tersebutlah rumah di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 tersebut resmi menjadi milik Bangsa Indonesia. Berkat jasa saudagar tersebut, pemerintah Republik Indonesia kemudian memberikan ucapan terima kasih. Tidak hanya itu, pemerintah RI juga memberikan penghargaan kepada Faradj bin Said Awad Martak. Ucapan terima kasih dan penghargaan tersebut disampaikan secara tertulis atas nama Pemerintah Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1950 silam. Ucapan tersebut ditandatangani oleh Ir. HM Sitompul sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Perhubungan Republik Indonesia. Diketahui, Faradj bin Awad Martak tidak hanya membeli rumah bersejarah bagi Indonesia tersebut, saudagar tersebut juga membeli beberapa gedung lain yang ada di Jakarta dan memiliki sejarah dan peran tersendiri bagi negara Republik Indonesia. Namun, bangunan bersejarah di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta tersebut sudah lama rata dengan tanah, setelah Soekarno memerintahkan agar rumah tersebut dirobohkan pada tahun 1962. Setelah diratakan, di atas tanah tersebut kemudian dibangun Gedung Pola, dan tempat Bung Karno serta Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI itu didirikan monumen Tugu Proklamasi. Sejak saat itu, Jalan Pegangsaan Timur tersebut berubah menjadi Jalan Proklamasi. Kontributor Syifa Khoerunnisa Jakarta - Pemerintah Provinsi Pemprov DKI Jakarta sedang memproses pergantian nama jalan lokasi Tugu Proklamasi, yaitu Jalan Proklamasi No. 56 untuk kembali menjadi Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Sebab, berdasarkan catatan sejarah Kemerdekaan Indonesia, tempat dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan adalah di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, yang sekarang telah berdiri Tugu Proklamasi. Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat mengatakan, awalnya jalan yang menjadi lokasi Tugu Proklamasi adalah Jalan Pegangsaan Timur. Tetapi oleh pemerintah, nama jalan itu diubah menjadi Jalan Proklamasi mengikuti nama Tugu Proklamasi. Untuk meluruskan sejarah yang benar, Pemprov DKI sedang memproses mengembalikan nama jalan Tugu Proklamasi menjadi nama awalnya. Karena nama jalan tersebut, masih tercatat dalam teks buku-buku sejarah para pelajar di Jakarta. “Karena nama jalan ini sudah berubah menjadi Jalan Proklamasi, maka untuk meluruskan sejarah, kami sedang memproses mengembalikan nama jalan ini. Bukan lagi nama Jalan Proklamasi, tetapi menjadi Jalan Pegangsaan Timur kembali. Karena di teks sejarah, jalan ini adalah Jalan Pegangsaan Timur. Nomornya tetap 56,” kata Djarot di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat 7/8. Kerancuan sejarah pun dialami oleh anaknya sendiri. Dia mengatakan sewaktu mengunjungi Tugu Proklamasi bersama anak perempuannya, ditanyakan di mana Jalan Pegangsaan Timur. Setelah dicari-cari, ternyata sudah berubah menjadi Jalan Proklamasi. “Anak saya, waktu kesini bertanya, "Ayah, mana Jalan Pegangsaan Timur?" Dicari-cari, enggak ketemu. Adanya Jalan Proklamasi. Makanya akan kami ubah [kembali] menjadi nama Jalan Pegangsaan Timur No. 56,” tegasnya. Tugu Proklamasi atau Tugu petir adalah tugu peringatan proklamasi kemerdekaan RI. Tugu Proklamasi berdiri di tanah lapang kompleks Taman Proklamasi di Jl. Proklamasi dulunya disebut Jl. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat. Pada kompleks juga terdapat monumen dua patung mantan presiden dan wakil presiden, Soekarno-Hatta berukuran besar yang berdiri berdampingan, mirip dengan dokumentasi foto ketika naskah proklamasi pertama kali dibacakan. Di tengah-tengah dua patung proklamator terdapat patung naskah proklamasi terbuat dari lempengan batu marmer hitam, dengan susunan dan bentuk tulisan mirip dengan naskah ketikan aslinya. Presiden Soekarno pada tanggal 1 Januari 1961 melakukan pencangkulan pertama tanah untuk pembangunan tugu, "Tugu Petir", yang kemudian disebut Tugu Proklamasi. Tugu ini berbentuk bulatan tinggi berkepala lambang petir, seperti lambang Perusahaan Listrik Negara PLN. Tulisan yang kemudian dicantumkan, "Disinilah Dibatjakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada Tanggal 17 Agustus 1945 djam pagi oleh Bung Karno dan Bung Hatta." Akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1972, Tugu Proklamasi diresmikan Menteri Penerangan Budiardjo di lokasi asal, dihadiri banyak tokoh masyarakat dan tokoh politik. Di antara yang hadir adalah mantan Wakil Presiden M. Hatta mengundurkan diri 1 Desember 1956. Pada 17 Agustus 1980, Presiden Soeharto meresmikan monumen Soekarno-Hatta membacakan naskah proklamasi. Saksikan live streaming program-program BTV di sini Kolase foto Faradj Martak dan Bung Karno. Sumber Dok. ANRI dan Arab Indonesia Ternyata Ini Sosok Pemilik Rumah Pegangsaan Timur No. 56 Tempat Bung Karno dan Bung Hatta Memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Rumah ini Rabu, 17 Agustus 2022 - 0842 WIB Tidak banyak orang yang tahu siapa sosok pemilik rumah di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 tempat Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 silam. Di rumah itu pula Fatmawati menjahit sendiri bendera Merah Putih, tepat pada malam sebelum bin Said bin Awadh Martak atau yang lebih dikenal dengan Faradj Martak adalah sosok pemilik rumah Pengangsaan Timur No. 56 itu. Ia merupakan seorang saudagar sukses keturunan Arab-Indonesia. Demi kepentingan kemerdekaan Indonesia, Faradj Martak rela menghibahkan hanya sampai di situ saja, setelah proklamasi kemerdekaan, sosok pemilik rumah Pegangsaan Timur No. 56 ini juga berjasa membeli sejumlah gedung di Jakarta untuk dijadikan sebagai gedung pemerintahan Indonesia. Berkat jasa-jasanya membidani kelahiran Republik Indonesia, Faradj Martak mendapatkan penghargaan dan ucapan terima kasih pada tanggal 14 Agustus 1950, atas nama pemerintah sebelum Proklamasi, Bung Karno Demam TinggiSehari sebelum proklamasi, sekembalinya dari peristiwa penculikan Rengasdengklok 16 Agustus 1945, pukul WIB, Bung Karno mengalami demam tinggi. Usai menuruti desakan kaum muda dan membuat naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda, Bung Karno memilih berisitirahat di rumah sahabatnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Sang tuan rumah yang mengetahui kondisi tamu tengah demam tinggi berinisiatif memberinya madu arab. Disebutkan bahwa Bung Karno terbaring amat lemas di atas ranjang karena terserang Malaria Tertiana. Usai meminum madu yang diberikan Faradj Martak, barulah ia bisa harinya dua jam sebelum proklamasi, sekitar pukul WIB, Bung Karno masih tertidur lemas. Dokter kemudian dipanggil untuk mengobati, disuntikkanlah chinine-urethan intramusculair untuk melawan penyakit itu. Bung Karno kemudian diberi obat broom chinine dan kembali mengonsumsi madu arab berian Faradj Martak. Halaman Selanjutnya Satu jam kemudian Bung Karno merasa lebih segar dan bersemangat. Belakangan diketahui bahwa madu yang diberikan tuan rumah bernama Sidr Bahiyah yang didapat dari Hadhramaut Yaman, tanah kelahiran Faradj Martak. Madu Sidr diketahui memiliki bermacam khasiat, salah satunya membunuh aneka bakteri tanpa efek samping. Berita Terkait 921 Jemaah Haji asal Banyuwangi Diberangkatkan, Tertua Umurnya 104 Tahun Indonesia Digital Learning, Dukungan Telkom Demi Akselerasi Peningkatan Kualitas Guru Hercules Bertemu Gibran di Balai Kota Solo, Pilkada Jakarta Jadi Salah Satu Tema Bahasan Heboh, Lagu 'Spesial' Aldi Taher Untuk Lionel Messi Diunggah Akun FIFA, Lewat Liriknya Aldi Membujuk Messi Datang ke Indonesia Topik Terkait Rumah Proklamasi Jalan Pegangsaan Timur No 56 Bung Karno Bung Hatta Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 Fatmawati Merah Putih Faradj Martak Sosok Pemilik Arab Indonesia Yaman Saudagar Gedung Jakarta Penghargaan Republik Indonesia Kemerdekaan Demam Tinggi Malaria Rengasdengklok Muda Laksamana Maeda Naskah Proklamasi Lemas Madu Dokter Madu Arab Sidr Bahiyah Hadhramaut Yaman Khasiat Merdeka Kolonialisme Latief Hendraningrat Suhud Sastro Kusumo Surastri Karma Trimurti Bendera Merah Putih Presiden Indonesia Raya Lagu Saksikan Juga Jangan Lewatkan Jelang Laga Timnas Indonesia dan Argentina, Pelatih Palestina Doakan Hal Ini Nasional 15/06/2023 - 1415 Jelang laga Timnas Indonesia dengan Argentina, pelatih Palestina Makram Dabboub mendoakan hal ini untuk skuad Garuda Indonesia Lionel Messi Dirayu Netizen, Ditawari Makan Pecel Lele dan Nasi Padang Jika Mau Bertanding Menghadapi Timnas Indonesia Timnas 15/06/2023 - 1410 Netizen terus merayu Lionel Messi agar ikut rombongan Argentina yang akan bertanding melawan Timnas Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senin 19/6 Setelah Main Medsos, Pelajar Tewas Tertabrak Kereta Api di Tasikmalaya Jabar 15/06/2023 - 1409 Sebelumnya korban yang berstatus pelajar tersebut berinteraksi dengan seorang wanita di media sosial, hingga menimbulkan komentar beragam dari netizen. Bacaan Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 131-135 Lengkap Tulisan Arab, Latin, dan Artinya Religi 15/06/2023 - 1407 Bacaan Al-Qur'an surat Al-Baqarah Ayat 131-135 lengkap dengan tulisan Arab, latin, dan terjemahannya Tim Gabungan Berhasil Evakuasi Para Guru dari Kecelakaan Perahu Motor di Nabire Lainnya 15/06/2023 - 1357 Kepolisian Resor Nabire bersama SAR Kabupaten Nabire telah mengevakuasi para guru korban kecelakaan perahu motor di perairan Pulau Pepaya dan Pulau Nuburi. Airlangga Hartarto Bicara Soal Putusan MK yang Tetapkan Sistem Pemilu Terbuka Keputusan yang Tepat! Nasional 15/06/2023 - 1356 Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menanggapi terkait keputusan Mahkamah Konstitusi MK yang menolak permohonan uji materi sistem pemilu, ini katanya. Trending Lini Serang Palestina Mati Kutu, Permainan Kelas Dunia Elkan Baggott sampai Disorot Eks Kapten Israel Timnas 15/06/2023 - 0605 Elkan Baggott tampil solid mengawal pertahanan Timnas Indonesia ketika bersua Palestina dalam laga FIFA Matchday. Eks kapten Israel sampai-sampai buka suara. Live Streaming Putusan MK Soal Sistem Pemilu 2024 Nasional 15/06/2023 - 1017 Mahkamah Konstitusi MK menggelar sidang terkait sistem pemilu 2024, Sesuai agenda, sidang pleno putusan MK sistem pemilu 2024 akan diputuskan hari ini Sempat Punya Mata Normal, Putri Ariani Kini Ikhlas Berdamai dengan Masa Lalu Ada Kesalahan Rumah Sakit, Dulu Paru-Paruku… Nasional 15/06/2023 - 0530 Putri Ariani sukses meraih Golden Buzzer AGT 2023 dan menuai sorotan dunia. Di podcast Deddy Corbuzier, ia membagikan kisah masa lalu pernah punya mata normal. Gigi Putih Kinclong Bukan Pakai Odol, Ternyata Cuma Pakai Ini Saja Kata dr Zaidul Akbar, Tak Ada Lagi Gigi Berlubang Kesehatan 15/06/2023 - 0435 Untuk memiliki gigi putih dan sehat ternyata bukan pakai odol atau pasta gigi. Dr Zaidul Akbar mengungkapkan cuma pakai satu bahan , gigi tak lagi berlubang. Putri Ariani Temui Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Begini Katanya Nasional 15/06/2023 - 0823 Putri Ariani temui Presiden Joko Widodo Jokowi di Istana Merdeka. Kontestan America's Got Talent AGT 2023 yang mendapat Golden Buzzer dari juri ini bertemu Presiden Jokowi di Istana Merdeka. MIRIS! Ditemukan Grup Siswa LGBT di Sekolah Dasar Pekanbaru, KemenPPPA Turun Tangan Nasional 15/06/2023 - 0541 Belakangan viral di media sosial terkait ditemukannya grup WhatsApp siswa SD yang terindikasi Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender LGBT di Pekanbaru, Riau. Ini 5 Tuntutan Massa yang 'Kepung' Ponpes Al-Zaytun, Salah Satunya Pencabulan yang Diduga Dilakukan Pandji Gumilang Nasional 15/06/2023 - 0939 Massa yang mengatasnamakan Forum Indramayu menggugat yang menggelar aksi demonstrasi di Ponpes Al-Zaytun menyampaikan sejumlah tuntutan, diantaranya pencabulan Selengkapnya Viral Jadwal Hari Ini 1500 - 1600 Ragam Perkara 1600 - 1700 Kabar Petang Pilihan 1700 - 1830 Kabar Petang 1830 - 2000 Apa Kabar Indonesia Malam Selengkapnya

jalan pegangsaan timur no 56 jakarta